DIET KOK GAGAL TERUS?

Banyak yang bertanya-tanya pada diriku sejak berhasil menurunkan berat badan 18 kilo (dari 76 kilo menjadi 58 kilo) dalam waktu satu tahun…. Bukan suatu jawaban yang dengan mudah dijawab apalagi dibayangkan akan berhasil dalam sekejap!

Butuh penjelasan mendalam dan pemahaman diri akan arti dari diet itu sendiri.

Terus terang sejak gadis saya sudah mencoba bermacam macam diet, yang hasilnya adalah diet Yo-Yo, sebentar naik, sebentar turun….

Nah, ternyata keberhasilan saya di tahun 2009-2010 itu bukan terletak pada kebiasaan makan saya tetapi pada beberapa point penting dalam hidup saya, cara berpikir dan ketaqwaan :

1. TURNING POINT

Sejak merawat almarhumah mama yang sakit parah hingga wafat, pikiran saya terus berkecamuk, apakah saya juga akan mengalami hal seperti ini? Karena saya itu bisa dibilang pemakan segala (inget game Prehistoric? Ya kayak gitu deh).

Keju batangan bisa saya lahap mentah-mentah tanpa apa-apa, es teh manis atau teh botol bisa langsung nenggak beberapa gelas/botol, burger? Kalau bisa bukan Big Mac tapi Mega Mac, itu lho yang daging, roti ama keju bertumpuk tumpuk ampe seperti gedung bertingkat… dan masih banyak lagi keedanan lainnya…..

Melihat kondisi mama yang juga hobby makan seperti saya, menghasilkan suatu turning point pada diri saya…. Saya harus BERUBAH!… saya harus sehat dan mulailah saya menghitung-hitung kalori yang saya makan.

Jujur saja, kalau mau kita hitung, tubuh saya itu paling hanya butuh 2000-an kalori sehari, tapi kalau mau dihitung lagi…sekali duduk saja saya bisa melahap sampai dengan 1000 kalori….

2. MEMERANGI HAWA NAFSU

Kemudian, saya coba perhatikan cara makan suami yang sangat terjaga. Apabila saya menyediakan makanan kecil, ia akan memutuskan apakah makan snack atau makan makanan utama saja…. Coba kalau saya, dua-duanya saya lahap… Mengapa? Karena saya TIDAK MAMPU MELAWAN HAWA NAFSU….

Sadar atau tidak ternyata kebiasaan suami menahan hawa nafsu tersebut berbuah kesabaran pada diri suami, sementara pada diri saya? Mudah hilang kesabaran….

Kita terlalu sering sebelum mengambil makanan tidak berpikir apakah makanan itu dibutuhkan tubuh kita atau tidak?, kita hanya menurutkan hawa nafsu…..

Makanan sebanyak itu sebenarnya hanya PEMUASAN HAWA NAFSU…. Buntutnya?… kita terlahir sebagai orang-orang yang haus akan nafsu…menurutkan hawa nafsu dalam segala hal.

So, saya (mulai) belajar menimbang-nimbang ketika mengambil makanan…. Misalnya, Gorengan atau buah? (anda insya Allah sudah tau jawabannya)…

Selain itu, jujur saja suami saya paling anti pergi ke rumah makan All You Can Eat… kenapa? Karena disitu menurutnya tempat menurutkan nafsu syetan…. Bukankah lebih arif membayar secukupnya dan makan sebutuh kebutuhan kita?

Al A’raf : 31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

3. TUBUH AMANAH ALLAH SWT

Ketika saya overweight, saya mengalami banyak kesulitan, nafas tersengal-sengal ketika naik tangga, sepatu high heels saya, saya kandangkan karena tumit saya sakit sekali, dan mata saya sering hampir keluar ketika melihat hasil medical check-up saya…..

Kalau begini efek hobby makan saya yang gila-gilaan, tentu penyakit akan gampang mampir di tubuh ini….. Saya pun tersadar dan mulai kembali berolahraga (hobby yang sudah lamaaaaa saya tinggalkan)…. Bulu tangkis, bowling, jogging kembali digiatkan….

Saya teringat bahwa tubuh ini adalah AMANAH dari Allah…. Kita tidak selayaknya dzalim terhadap tubuh ini….

Hasilnya?…. setahun kemudian medical check up saya bersih!… Alhamdulillah……..

So frens, kalau ditanya keberhasilan diet? Jawaban-jawaban ini yang selayaknya saya ajukan pertama kali dulu, RUBAH MINDSET KITA…. Sebelum menjelaskan tata cara makan, olah raga dan lainnya yang seabrek-abrek…..

Oh ya, namun jangan berharap Ajal tidak akan menjemput kita walau kita hidup sehat…. Karena sesungguhnya Ajal itu Allah yang mengetahui waktunya, Cara kita Sehat atau Sakit itulah yang membuat Mati kita berbeda!

Well Frens, Kalau mindset kita telah berubah, insya Allah cara makan yang bijak akan membawa perubahan besar pada diri kita….. Good Luck!!!!

Note: Saya masih jauh dari sempurna…. Masih sering Curang kalau Makan!!!!! Masih suka wisata kuliner (kalo ini ada tips and tricknya lho)….. hehehehe

AKU INGIN CANTIK

“Ya Allah, …. aku ketemu sama dia pas nda pake make-up, iiih ternyata serem banget deh! Jelek…. Tua…”

Begitu kira-kira kalimat yang terngiang di telinga ketika mendengar ceramah pagi Ustd. Yusuf Mansur yang khusus membahas mengenai kecantikan….

Pagi ini memang ceramah sangat menarik (buat wanita), karena menghadirkan dokter kulit wanita yang berusia di atas 50 tahun namun tetap terlihat cantik berseri bagaikan masih tiga puluh tahunan…

Berikut beberapa rahasia kecantikan yang diberikan oleh dokter kulit dan kelamin perempuan tersebut

Beliau bercerita, ketika seorang pasien datang berobat dan ingin terlihat cantik, di tempat prakteknya dia balik bertanya “Ibu ingin cantik untuk siapa?”…. kalau untuk suami, tentu saat bangun tidurlah yang harus terlihat cantik. Bukankah kita setiap hari bangun dengan suami di ranjang yang sama? Oleh karena itu cantik di saat itulah cantik yang utama… yaitu cantik tanpa riasan make-up…

So Bagaimana caranya? Rawatlah kulit dengan perbanyak sholat, dimana tentu kita harus berwudhu… insya Allah apabila wajah sering disiram dengan air wudhu maka kulit akan menjadi bersih dan bersinar. Apalagi bila ditambah dengan sholat-sholat sunnah lainnya, tentu akan semakin sering terkena air wudhu….

Lain waktu ketika seorang pasien ingin merubah wajahnya, misal memancungkan hidung, beliau menasehati… mengapa harus dirubah? Bukankah tubuh ini sudah dibentuk oleh desainer terbaik yaitu Allah SWT? Pesek menurut kita, tapi pasti tidak jelek menurut Allah karena Allah sudah mendesain yang terbaik untuk kita… Ingat ya Frens, bahwa Allah tidak akan menguji hambaNya di luar kemampuannya! Kita saja yang kadang merasa sengsara (karena mengikuti hawa nafsu)…..

Selama ini kita memang terlalu sibuk dengan cantik menurut manusia, bukan cantik menurut Allah. Ingatlah, bahwa tubuh ini titipan Allah yang harus kita kembalikan kepadaNya sebagai mana Allah titipkan.

Bagaimana jawab kita nantinya ketika wafat dan ditanya “Mana yang dulu saya titipkan? Apakah dirawat dengan baik? Mengapa dirubah?” hiiii…… serem ya…. Tentu kita akan sangat menyesal melakukan perubahan itu semua di dunia ini….

Beliau juga berpesan, cantik itu tidak hanya cukup dari luar saja. Perbanyaklah senyum, karena senyum adalah ibadah, senyumlah yang ikhlas agar keluar Inner beauty kita.

Allah itu memberi segala sesuatu dengan kekurangan dan kelebihannya.Coba kita lihat bahaya matahari terhadap kulit manusia. Memang sinar matahari dapat merusak kulit kita, ia juga sangat dibutuhkan oleh kita untuk regenerasi kulit. Usahakanlah sebelum jam 8 pagi, kita berolahraga atau terkena sinar matahari, karena saat itulah sinar matahari membantu pembentukan dinding dan pigment kulit… Subhanallah!

Selain itu, perbanyak juga makan sayur dan buah, dimana serat serat tersebut akan membersihkan kulit kita dari kotoran…

So frens, mari kita perbaiki niat dalam diri kita…. Untuk siapakah kita cantik? Untuk ibadah atau untuk berbangga-bangga? Tubuh kitalah yang akan menjawab nantinya…..

Ingin lebih mencari kecantikan lahiriah melalui pendekatan spiritual, coba deh baca buka Astrid Ivo berjudul Cantik Sepanjang Usia….. buku panduan kecantikan yang selayaknya dimiliki para muslimah… Walaupun telah mempunyai 3 anak remaja, ibu berusia di kepala empat ini tetap terlihat seperti gadis remaja….

NIKMAT APALAGI ENGKAU DUSTAKAN

Malam itu kami sedang berkumpul bersama bercengkarama di malam terakhir sebelum suami dinas keluar kota.
Ayah berkata kepada anak2, “Anak2 besok doorprizenya iPad lho, kalian berdoa ya agar ayah bisa dapat doorprize buat kalian”

“Yeeee….. asyiik”, begitu teriak kakak dede kegirangan.

Memang anak2 sangat tergila2 main game di iPad auntie2nya. Setiap bertemu auntienya, selalu iPad mereka yang diincar anak2.
Jadinya maklum saja kalau keinginan itu mudah2an terlaksana dengan jalan lain. Karena untuk saat ini kebutuhan kami lagi banyak, jadi rasanya iPad bukanlah kebutuhan yang harus didahulukan. Mereka masih bisa main game di laptop atau hape lainnya.

Lalu akupun bercerita, “kakak Dede, ada cerita menarik nih di majalah Ummi. Saat sebuah keluarga kekurangan uang untuk bayar semesteran, sang Ayah mengajak seluruh keluarga untuk mencari bantuan dengan cara yang biasa mereka lakukan, yaitu……. Berdoa bersama-sama…”
“Betul lho kak de, akhirnya mereka bisa membayar uang semester itu dengan cara yang tak terduga. Semua itu berkat doa, dan bantuan Allah. Kita berdoa bersama-sama setelah sholat ya”

“Ok Bun…”, jawab mereka singkat sambil senyum senyum.

Esok harinya, ayah berangkat dinas, tinggallah kami mencari kesibukan bertiga.
Kebetulan, aku baru saja berulang tahun, dan kembaranku mengajak makan bersama.

Sabtu, malam itu kami makan bersama-sama dengan kembaranku, adikku, suaminya dan anak mereka…
Anak2 gembira sekali… iPad Om dan autienya langsung dicari buat main game.
Sekali-sekali mereka berucap berharap ayahnya malam ini di lain kota mendapatkan doorprize iPad.

Sembari menunggu hidangan datang, kembaranku berdiri dan mengucapkan selamat Ulang Tahun…. (hehehe lucu ya… ulang tahun kok saling ngucap begini…).
Dan diapun berkata, “Na, aku tau kamu butuh alat untuk mempromosikan foto-foto kamu. Jadi aku mau kasih hadiah ulang tahun buat kamu sebuah iPad. Insya Allah akan sangat bermanfaat”.

Kali pertama mendengarnya, aku tidak tau harus bilang apa.
Bingung, senang, rasa syukur berkecamuk jadi satu.
Bukan rasa senang akan mendapatkan hadiah iPadnya…
Tetapi rasa senang, melebihi itu, karena Allah sayang pada kami, Allah mengabulkan doa anak2.

Allah Maha Penyayang….

Ini seperti bohongan…tidak mungkin dan tidak masuk akal.

Di saat yang sama suami menanti penarikan doorprize, Allah ternyata memberikannya lewat kembaranku. Allah Akbar!!! tak terasa mata ini memanas karena rasanya Allah begitu dekat.

Tergiang-ngiang di telinga ini alunan surat Ar Rahman, surat yang menyentil qolbu… yang terus menerus mengingatkan kita, “Nikmat apalagi yang engkau dustakan?”

KECIL TAPI BESAR

Pagi sekali sebelum sampai ke kantor kami mampir ke Rumah Makan Betawi terkenal di Gondangdia untuk membeli sarapan pagi bekal ke kantor. Makanannya enak deh…ada nasi uduk dan lontong sayur yang betawi abis…

Sesampainya di sana,aku pesan 1 bungkus ketupat sayur untuk bekalku.

Selang beberapa menit kemudian, suamipun tergoda untuk membeli…1 bungkus lagi untuk dirinya. Eh, tidak beberapa lama kemudian, suami tergoda lagi untuk membeli 1 bungkus lagi untuk teman akrabnya…

Namun sebelum bungkusan ke tiga dibuat, tiba-tiba aku mencium bau asem (maaf seperti bau sampah) yang agak menyengat…

“Yah cium bau nggak?” tanyaku

Suamipun menjawab “Ah dari situ kali”, sambil menoleh dan menunjuk ke sisi kanannya…

Tapi perasaanku tidak enak, sepertinya tidak ada sampah di situ…Aku semakin penasaran darimana asal bau tidak sedap tersebut? Hm…., jangan-jangan dari santan ketupat sayur tersebut…gelitik pikiranku…

Kuberanikan diri meminta ijin kepada penjualnya untuk mencobanya dahulu..

Kubilang padanya, “Mas coba dulu yah… takut basi nih, ini kan masih panas, nanti kalau ditutup sampai di kantor takutnya basi”..

Dengan sendok yang tersedia, kucoba sedikit sayur tersebut…

Astaghfirullah.. segera kulepeh kuah tupat sayur tersebut ke tempat cucian piring dan berkata kepada Mas penjual.. “Mas, maaf, tolong coba deh, kayaknya asem”

Si mas-pun mencobanya sedikit dan sedikit terhentak, tapi ia hanya berkata, “Oh maaf Bu, mungkin karena hari ini kami pake udang, biasanya kami tidak pakai Bu.”

Dengan menyesal kami batalkan saja 2 bungkus ketupat sayur tersebut dan kuputuskan menggantinya saja dengan sebungkus nasi uduk lengkap dengan semur telur, tahu dan oreg tempe serta bihun gorengnya.. Ahh.. nggak papa deh tidak makan ketupat sayur, nasi uduknya kan maknyus punya lho, begitu pikirku…

Setelah selesai membayarnya, kami bergegas ke motor dan menaruh bungkus plastik hitam nasi uduk tersebut di stang motor..

Namun, setibanya di kantor, kami kaget setengah mati…. ternyata kantong tersebut kosong!.. yang tersisa hanya lobang besar di dasar kantong plastik hitam…

Aduh… sekali lagi ini bukan rezeki kami!.. Astaghfirullah al’adzim.. apa dosa kami sehingga kehilangan dua kali kesempatan makan enak?

Suamipun hanya berkata enteng “kurang sedekah kali kita”.

===

Malam harinya suami bercerita…

“Bunda…mungkin ini dosa kita tidak jadi memberi makanan ke Enya (Ibu Suami)…”

===

Memang…sekarang Enya tidak segesit dulu lagi…penyakit radang tulang dengkulnya sudah parah… untuk berjalanpun beliau harus menahan sakit…

Selain itu anak-anak telah menikah dan satu-persatu meninggalkan rumah Enya…

Enya sekarang tinggal sendiri tanpa pembantu. Namun alhamdulillah masih didampingi satu keluarga anaknya yang tinggal di rumah pavilliun di sebelah…

===

Friends, hari itu sebelum kejadian di atas, kami memang berniat memberi Enya makan/bekal untuk makan pagi/siangnya.
Namun timbul sedikit perbedaan pendapat di antara kami…
Suami agak keberatan memberikannya karena makanan yang akan kami berikan hanya cukup untuk Enya, Suami kuatir hal ini dapat menyinggung perasaan adik yang tinggal di sebelah yang saat ini merawat dan menjaga Enya…

Akhirnya, setelah dipertimbangkan, kami urungkan niat berbagi makanan tersebut untuk Enya…….

===

Malam itu… kami hanya dapat mencoba me-reka-reka penyebab ‘kesialan’ yang kami hadapi di pagi hari tadi…Suami berkata mungkin ini akibat kesalahannya yang tidak mengijinkan istrinya berbagi sedikit makanan ke Enya…

Makanan tersebut memang “kecil” (sedikit) tapi mungkin nilainya sangat “besar” buat Enya, Wallahu’alam

KISAH TIGA BUAH HAPE

david fara firaSabtu tanggal 7 Juni 2008, keponakan kami, David merayakan Ultahnya yang ke-9.

Wah Fara dan Fira senang sekali.. diajak main Bowling….di EX.

Ini kali pertama mereka main bowling… jadi sepertinya mereka lupa waktu…Selesai bermain kita makan siang (sebenarnya sih bukan makan siang tapi makan sore) karena udah ampir jam 3.

Kami semua membawa hadiah buat David. Dan ternyata, selain memberi hadiah ke David, kembaranku juga membeli hadiah buat Fara dan Fira, yaitu telpon mainan yang jumlahnya 3 (tiga) buah…

 

Kenapa tiga buah?

karena satu set emang ada 3..he..he..he..main hape di plaza indo

Nah berhubung kelebihan satu buah, saudara kembar saya bilang ke Fara, “Nanti yang satunya dikasih ke Farsya ya…” (sepupu Fara yang seumuran dia).

Selama acara dan jalan-jalan mereka senang sekali main game di HP-HP an itu. Bahkan dalam hitungan menit, Fara udah jago… tidak ada yang bisa ngalahin dia…Sampai sepupunya David yang udah 9 tahun bilang, “Aku juga kalau masih kecil (seperti Fara) pasti menang!”… he..he.he.. syirik kali ye…

Sore hari Farsya mampir sebentar ke rumah bersama Abi dan Ummanya. Langsung saja saya suruh Fara memberi HP itu ke Farsya…

Tapi ternyata Fara tidak mau, ketika HP saya berikan ke Farsya, dia mulai marah dan menangis.

Saya tanya dan berikan HP hijau Farsya ke Fara, “Kakak mau tukar HP-nya dengan yang warna Hijau ini?”

Dia jawab, “Nggaaaaaaak!!!!!” (duh kenceng banget!)

Dengan sangat terpaksa, saya ambil HP hijau tersebut dari tangan Fara untuk saya kembalikan ke Farsya…

Tidak dinyana… Fara mulai menjerit… dan Abi dan Umma Farsya mulai tidak enak, mereka menyuruh Farsya segera mengembalikan HP tersebut.

Tapi saya kekeh ke Abi dan Umma kalau HP tersebut tetap harus dikasih ke Farsya. Saya bilang Fara harus belajar“Menjalankan Amanah”.

Saya bilang pada Fara, “Ini kan pesan dari Auntie Rini, HP ini untuk Farsya, kita harus ngasih ke Farsya..”

Fara malah tambah menjerit dan menangis…(Wah… malu deh ama tetangga, mana nangisnya di teras lagi)

Sayapun memantapkan hati, ini saatnya Fara belajar. Saya harus TEGA. Fara harus mengambil pelajaran hidup…

Saya abaikan saja dia menangis sampai puas…

=====

Keesokan harinya, ketika Fara mulai tenang dan ceria, saya ajak ngobrol santai.

“Kakak kok tidak mau kasih HPnya ke Farsya, sih? Itu kan sudah pesan Auntie Rini”

“Kalau kita dikasih amanah atau pesan oleh orang lain, kita harus melaksanakannya Kak…

Walaupun kakak suka, tetap harus kita kasih ke Farsya, ntar hidup nggak berkah lho Kak…karena kita tidak amanah”

Fara-pun menjawab :

“Tapi kakak pengen kasih HP-nya ke Najwa”

Saya bilang, “Lho, kan Auntie bilangnya, HP itu buat Farsya”

Fara pun menambahkan “Kemarin kakak udah bilang ke Auntie, tapi Auntie tidak dengar”

Ooh, gitu.. lain kali kalau Auntie tidak dengar, kakak harus ngomong lebih keras lagi yah!”

Kalau gini kan, kakak yang rugi…”

“Iya…bunda….”

“Kemarin kakak juga gitu Bunda. Di sekolah, Kakak bilang ama bu Guru, kakak mau pipis, tapi Bu Guru nggak dengar, Bu Guru malah bilang, ayo cepat.. cepat… kakak harus latihan nari!… Eh… kakak jadinya ngompol BUnda!!!”

Hahhh???

“Iya..iya.. makanya lain kali kalau kita ngomong tidak kedengaran, kita harus ngomong lebih keras yah… biar mereka dengar”

“Iya bunda…”

=====

Alhamdulillah, tidak terasa sudah 2 pelajaran telah dipelajari oleh Kakak, bahwa amanah orang itu harus dijalankan, walaupun pahit. dan pelajaran kedua, bahwa ketika berkomunikasi, kakak harus yakin orang yang diajak ngomong tersebut dapat mendengar dan mengerti maksud kita.

Semoga kakak jadi anak yang amanah…Amin..

ARTI ULANG TAHUN UNTUKKU

Aku mau share sedikit tentang ulang tahunku yang ke 36 yang begitu spesial aku rasakan……

Hari itu tanggal 2 Juni 2006 jam 10:15, aku bergegas pulang ke rumah dari kantor, Mama ku agak gawat, setelah 2 X masuk ke rumah sakit, kondisinyasepertinya tambah mengkhawatirkan.

Sore harinya, kami larikan beliau ke UGD RS langganan kami…

Aah……… semuanya terasa menyedihkan…. Mama mulai meracau, meminta kami berkumpul dan mengatakan akan memberikan pesan-pesan terakhir……

Semakin waktu menjelang malam, kondisi mama semakin tidak menentu…..

Dokter memutuskan mengirim beliau ke ICU di RSPAD……

Waktu itu jam telah menunjukkan pukul 00:00 malam tepat tgl 3 Juni 2006.

Saya dan suami menemani mama di Ambulance ke Rumah Sakit, sementara kembaran saya mengendarai mobil di depan.

Tepat jam 00:15 saat 36 tahun kemaren saya di lahirkan, saya hanya dapat memandangi ibunda tercinta….. terlupakanlah kata-kata yang biasa saya ucapkan ketika ulang tahun…..

“Ma…. terima kasih ya, mama telah membimbing saya selama ini……….”

Pukul 00:45 ketika kembaran saya nongol di muka bumi ini, kamipun masih belum terpikir untuk saling mengucapkan ulang tahun……….

Aaahh…. semuanya begitu cepat…. Dan kami akhirnya tersadar ketika menjelang pukul 3 pagi…. Kembaran saya memeluk saya dan kami hanya berucap “selamat ulang tahun” dengan hambar……

Ternyata, di saat itulah kita baru merasakan, betapa arti ulang tahun itu tidak ada artinya tanpa kehadiran BUNDA tercinta……..

Dari beliaulah kita terlahir…… tanpa bimbingannya, tentu kita belum tentu tumbuh dewasa seperti saat ini…..

Moms, saya hanya ingin mengajak….. ketika kita berulang tahun…. Datangilah orang tua kita (apabila masih ada) dan katakanlah “Maaf……….dan terima kasih, bahwa kita masih dapat merasakan ulang tahun kita tahun ini……………”

Jangan tunggu ucapan terima kasih dari beliau, karena sesungguhnya pengorbanan beliau adalah Hadiah TERINDAH buat kita……Amin………

.

AKHIR DARI SAKITNYA MAMA (4)

Sudah lebih dari dua minggu mama koma di ICU, dan seperti biasa, kami tancap gas dari kantor di Sunter jam 5 sore untuk mengejar jam besuk mama di ICU yang hanya diberikan selama 1 jam saja (jam 5 sore sampai jam 6 sore).

Biasanya kami sampai di RS sekitar jam 6 kurang atau bahkan jam 6 lewat. Senin tanggal 31 Maret 2008 kami bahkan sampai di RS jam 6.15. Untung perawat di ICU masih memberi kami kesempatan membacakan doa untuk Mama.

===

Hari ini tanggal 1 April 2008, aktivitas berjalan tidak seperti biasanya.
Entah mengapa saya sepertinya terdesak untuk segera closing bulanan. Padahal laporan konsolidasi bank asli belum kami terima. Dan di saat sedang sibuk tersebut, sayapun tergoda untuk ikut bersama teman-teman ke Gramedia dan Gunung Agung. Entah mengapa… padahal kan laporan bulanan harus segera saya selesaikan.

 

Di toko bukupun, mata ini hanya tertarik pada buku yang membahas mengenai sakaratul maut. Entah mengapa (lagi) saya begitu yakin kalau Mama sedang dalam masa sakaratul maut.

Sayalah yang menemani beliau di malam terakhir beliau tersadar.
Jam 1 malam beliau ‘marah’ minta pulang ke rumah. Mama bahkan menyuruh Tina (pembantu yang begitu setia merawat mama) untuk mengambil uang di dompetnya untuk naik taxi malam-malam. Mama kemudian minta pintu dibuka, minta digendong dan minta Mandi….! Kata-kata ‘mandi’ benar-benar kata yang sangat menakutkan bagiku. Aku teringat cerita orang-orang yang sakaratul maut, yang rata-rata minta dimandikan sebelum meninggal… Ah…Cepat-cepat kubuang pikiran tersebut….

Akhirnya, aku putuskan membeli buku Yasiin Fadhilah setebal 46 halaman setelah sekian lama tidak ketemu juga buku yang khusus membahas sakaratul Maut.

Kembali ke kantor, kukejar kembali pekerjaan yang tertinggal. Cepat-cepat kuserahkan hitungan-hitungan yang dibutuhkan bagian akunting untuk closing, agar seandainya terjadi apa-apa mereka segera dapat menyelesaikan pekerjaannya. Ya… aku tidak tau mengapa rasanya ‘ajal’ semakin mendekati mama…

===

Tepat jam 5 sore aku telah sampai di kantor suami, kamipun segera menuju RS. Keanehan terjadi lagi, jalanan begitu lapang sekali, bahkan jam ½ 6 kami telah sampai ruang ICU.

Segera saja suamiku membacakan yaasiin fadhilah dan akupun membacakan surat yaasiin. Pembacaan surat yaasiin kali ini begitu menegangkan. 2 X mesin tensimeter berubah mencari tekanan terbaru. Bahkan turunnya pu n sangat drastis. Dari 74/38 menjadi tinggal 61/35…

Mata kami terus melihat ke mesin tensimeter dan jantung. Rasanya berat sekali keluar, kami tergoda untuk menunggu angka tensi terbaru… akankah angkat tersebut terus menurun?

Tapi rupanya mesin itu tidak berubah lagi. Segera saja kudekatkan wajah ini ke telinga mama, kukatakan kata-kata yang begitu berat rasanya, yang begitu mencekat di tenggorokan ini;

“Ma… kami sudah ikhlas. Mama kan katanya mau pulang, mau melihat rumah baru? ‘Pulang’ saja Ma, rumahnya sudah siap kok… pasti mama senang.

Mama kan juga kangen sama (Alm) Bapak. Insya Allah mama bisa ketemu Bapak dan Bapak akan senang bertemu Mama.

Mama katanya juga pengen ketemu Rasul kan Ma…. dan ketemu Allah. Allah sayang lho sama Mama. Mama pasti senang bertemu dengan Allah…”

Tanpa terasa air mata ini terus mengalir dan tenggorokan ini semakin tercekat…semakin sulit mengeluarkan kata-kata perpisahan yang ‘indah’ tersebut. Mama akan segera bertemu Rasul dan Allah… Bukankah itu tujuan akhir hidup kita?

Sebelum keluar, ku sempatkan membacakan kalimat istighfar dan syahadat di telinga mama…
Insya Allah mama mendengarnya walaupun dia tertidur dalam koma….

===

Kamipun berkumpul kembali di kamar 308 tempat kami menginap. Kami putuskan tidak akan ada yang pulang malam ini.
Kakak sudah ada, adik sedang bersiap dari kantornya di Juanda sementara kembaranku sedang interview.

Pukul 7:30 kembaranku tiba di parkiran RS. Dan selang 5 menit kemudian telpon kamar berdering. Rupanya panggilan dari kamar ICU. Kamipun berlari kencang menuju lantai 4… masuk ke ruang ICU…

Kulihat pemandangan yang tidak ingin ‘kulihat’… dokter dan perawat sedang berjuang memompa jantung mama. Kami tau saat-saat terakhir mama telah tiba.

Allah telah mengabulkan doa kami, kami berdoa agar di saat terakhirnya Mama didampingi dengan orang-orang yang mencintainya. Alhamdulillah kembaranku dapat segera berkumpul bersama kami, dan mendoakan mama di saat-saat terakhirnya.

Dengan tenang suamiku terus mentalkinkan mama sementara kami membaca doa sakaratul maut.

Kemudian dengan sedikit hentakan kepala ke atas, mama menghembuskan napas terakhirnya… Inna lillahi wa inna ilaihi ro’jiuun. Ya… tepat pukul 7.41 Mama wafat.

WAJAH ITU BEGITU BENING :

Jam 11 malam jenazah tiba di rumah duka.

Suamiku pun berkata, bukalah kain penutup wajah jenazah mama.

Akupun memberanikan diri mendekat dan dengan mengucap Basmallah kubuka pelan-pelan kain penutup wajah jenazah tersebut.

Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar… wajah itu…. begitu bening, tenang dan cantik. Mama terlihat putih dan alisnya tergaris teratur sekali… Beliau bagaikan sedang tertidur nyenyak… Dan wajahnya seperti fotonya ketika gadis…

Banyak rekan-rekan dan saudara mama mengatakan hal yang sama, mama ‘cantik’ dan bersih.

Begitupun ketika memandikan jenazah. Tidak kutemukan tanda-tanda lebam bekas luka di perutnya hingga paha yang sempat kulihat ketika mama terbaring di ICU. Semuanya terlihat normal….Subhanallah…

HIKMAH DI BALIK SAKITNYA MAMA (3)

mamaFriends, sudah lama sebenarnya saya ingin posting tulisan…
Tapi kok hati ini bimbang terus ya??

Mama sudah lama terbaring di Rumah Sakit (sejak 22 Jan 2008), kondisinya pun naik turun…

Setiap saya membuka komputer, sepertinya semua yang ada di otak itu menguap…
Yah… saya tahu, pikiran saya tidak di “situ”…

Saat ini kondisi mama kritis dan harus terbaring di ICU sejak Senin 17 Maret 2008.

Kami bergiliran menginap dan menungguinya di Rumah Sakit. Iya kami, semua anak-anaknya yang berjumlah 4 orang melakukan rolling dengan adil…seadil-adilnya demi Mama..

Kata-kata “Adil” memang sangat erat dengan kami berempat, anak-anak Mama…

Kami sangat bersyukur karena sebagai orang tua, Bapak dan Mama telah mengajarkan sifat adil di antara kami…

Di keluarga kami, Bapak dan Mama tidak mengijinkan seorang kakak memerintah adiknya, atau adik HARUS hormat kepada kakaknya. Yang mereka ajarkan adalah SEMUA ANAK harus saling hormat menghormati dan bersikap ADIL. Tidak ada kata kakak dan adik tetapi Saudara.

Pengalaman berikut mungkin dapat menggambarkan pengajaran yang telah diberikan Bapak dan Mama:

Dulu kalau Mama pulang Arisan pasti beliau membawa kue-kue dari Arisan.

Kami anak-anaknya, langsung lari ke dapur mengambil pisau dan mulai mengukur-ngukur sudut potong mana yang paling adil, agar semua anak mendapat bagian…

Bayangkan, walaupun itu sepotong kue bolu gulung kecil, semua anak tetap harus mendapatkan 1/4 bagian… he..he.. (padahal kalau pake istilah sekarang… anak-anak pasti akan bilang “Itu mah ngotorin lidah doang….! ha..ha.ha..ha..). Kecil banget lho friends jadinya, tapi biarlah yang penting ngerasain….

Nah biar keadilan semakin ditegakkan, kita akan menunjuk seorang perwakilan untuk melakukan memotong kue itu. Yang ditunjuk sebagai perwakilan tersebut sebenarnya bukan beruntung tetapi malah ‘apes’…

Mengapa ? karena di akhir ritual pemotongan kue tersebut, dialah yang harus rela menerima sisa kue yang tidak terpilih… alias yang paling kecil!
==============

Tidak terasa, pengalaman di waktu kecil itu sangat berarti buat kita di saat dewasa ini…

Sekarang, kami dengan adil berusaha membagi waktu sebaik-baiknya untuk bergiliran menjaga mama… Kami sadar setiap anak pasti mempunyai kesibukan dan kepentingan, tetapi kami insya Allah dengan bekal pelajaran dari Mama dapat melakukan rolling tersebut dengan adil seadil-adilnya…

Terima kasih Mama, semoga Allah memberikan yang terbaik buat Mama, sebagaimana Mama telah memberikan kepada kami bekal yang terbaik… Amin..

Repost dari Meaningful Life  3/19/2008 07:54:00 AM (Blog lama saya yang sdh error)

HIKMAH DIBALIK SAKITNYA MAMA (2)

mama 2“Nanti kalau kalian tua, kalian juga akan seperti ini (pikun)”… demikian kata-kata dokter yang merawat mama yang membuat kami tersentak…

Yah..mama sudah 64 tahun, sudah memasuki masa lansia. Sedikit demi sedikit daya ingatnya berkurang, sebentar-sebentar dia berujar “saya lupa, saya sudah lupa”…

Kami anak-anaknya, harus maklum karena kami-pun akan tua, akan berkurang daya ingatnya… Ini sudah suratan Allah…

(QS An Nahl : 70) “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”

Bahkan ilmu kedokteran-pun telah melakukan penelitian tersebut, seperti yang diuraikan oleh Dr Hadril Busudin ketika meresmikan klinik Gerontology (klinik untuk orang tua-tua) di DKK Kodya Padang pada tgl 22 Oktober 1994, bahwa
“Penyakit lupa adalah penyakit yang paling sering menghinggapi orang tua, karena otak yang menua. Otak yang tua, permukaan otaknya menjadi mengecil dan saluran serta rongga-rongga didalamnya menjadi luas dan lebar dan diikuti berkurangnya mielin atau selubung saraf. Aliran darah setempatpun menjadi berkurang karena pembuluh darah menjadi kaku dan keras, kurang elastis. Semua ini menimbulkan kemunduran intelektual yang kita kenal dengan “pikun” terutama menjelang usia 70 tahun”
Lalu bagaimanakah kita menyikapinya ?
Ternyata otak ini harus terus dilatih untuk bekerja-bekerja-bekerja dan mengolah/mengambil hikmah dari setiap kejadian….
Bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa orang-orang yang rajin membaca atau menghafal Al Quran mempunyai daya ingat yang sangat baik….
Kita saat ini hidup di kenikmatan duniawi yang sebenarnya kelak justru merusak kehidupan duniawi kita…
Otak kita semakin malas untuk berpikir karena kemudahan yang terus disajikan dikehidupan kita…
Coba sekarang teman-teman hitung 187 X 3 sama dengan berapa ?
Pasti teman-teman berharap ‘coba kalau ada kalkulator!’

Nah sekarang semuanya kembali kepada diri kita, akankah masa tua kita dipersulit dengan pikun ?
Semuanya benar-benar tergantung pada diri kita, maukah kita untuk terus membaca & mengkaji isi Al Qur’an, membaca koran/berita penting, berhitung manual dan lain-lain agar masa tua kita tidak dipersulit dengan penyakit pikun yang parah???
Ingatlah kembali ayat Al Qur’an di atas dan ucapan dokter yang membuat kami tersentak tersebut “Nanti kalau kalian tua, kalian juga akan seperti ini (pikun)!”…


Repost dari Meaningful Life (Blog lama yg sdh dead) pada 2/21/2008 08:11:00 AM

HIKMAH DI BALIK SAKITNYA MAMA (1)

Mama yang sangat kami sayangi, yang telah membesarkan kami harus dirawat di rumah sakit karena komplikasi beberapa penyakit sejak Jan 22, 2008. Bahkan beliau harus dirawat di ImCu dan menjalani HD serta transfusi darah.

Kami anak-anaknya bergantian menjaga beliau. Sedih hati ini melihat perjuangannya menghadapi berbagai penyakit yang terus mengrogotinya…

Namun yang jauh membuat kami lebih terharu adalah :

Di kala sadar beliau masih sempat bertanya… “Anak-anak disini semua? Apa kalian tidak harus ke kantor?”. Beliau merasa sangat merepotkan kami…

Benar-benar perkataan tulus seorang Ibu yang tidak pernah lelah memikirkan kami anak-anaknya. Bukankah kami telah dewasa?

Bukan lagi saatnya beliau memikirkan kami, tapi inilah saatnya kami membalas budi jasanya yang telah merawat dan membimbing kami hingga dapat dengan sabar merawat beliau…

Seandainya beliau tidak membimbing kami dengan baik, belum tentu kami dapat sabar menghadapi cobaan ini…

Saat ini mama telah memasuki masa kembali seperti anak kecil, begitulah yang telah difirmankan dalam Al Qur’an.. Dan merawat anak kecil itu sangat berbeda dengan merawat orang dewasa, mereka dapat berpikir dan mencerna segala tingkah laku dan perkataan kita…. Kita pun harus siap lahir dan batin..

Hal ini mengingatkanku pada kejadian beberapa waktu lalu… ketika rasa capek telah memuncak dan amarah akan keluar karena kelakukan anak-anak, suami mengingatkan.. “Bunda harus sabar, merekalah nanti yang akan merawat kita… Kalau kita tidak sabar memegang amanah ini, nanti mereka juga tidak akan sabar saat merawat kita di hari tua…”

Dan sayapun tersadar… kita kadang cepat naik amarah ketika menghadapi kenakalan/keisengan si kecil.. namun kita lupa.. bahwa nanti ketika kita tua, ketika kita kembali ke usia anak-anak (seperti mereka), mereka juga harus sabar menghadapi kita…..

Repost dari blog lama, 12 Feb 2008 11:08 PM