AKU INGIN CANTIK

“Ya Allah, …. aku ketemu sama dia pas nda pake make-up, iiih ternyata serem banget deh! Jelek…. Tua…”

Begitu kira-kira kalimat yang terngiang di telinga ketika mendengar ceramah pagi Ustd. Yusuf Mansur yang khusus membahas mengenai kecantikan….

Pagi ini memang ceramah sangat menarik (buat wanita), karena menghadirkan dokter kulit wanita yang berusia di atas 50 tahun namun tetap terlihat cantik berseri bagaikan masih tiga puluh tahunan…

Berikut beberapa rahasia kecantikan yang diberikan oleh dokter kulit dan kelamin perempuan tersebut

Beliau bercerita, ketika seorang pasien datang berobat dan ingin terlihat cantik, di tempat prakteknya dia balik bertanya “Ibu ingin cantik untuk siapa?”…. kalau untuk suami, tentu saat bangun tidurlah yang harus terlihat cantik. Bukankah kita setiap hari bangun dengan suami di ranjang yang sama? Oleh karena itu cantik di saat itulah cantik yang utama… yaitu cantik tanpa riasan make-up…

So Bagaimana caranya? Rawatlah kulit dengan perbanyak sholat, dimana tentu kita harus berwudhu… insya Allah apabila wajah sering disiram dengan air wudhu maka kulit akan menjadi bersih dan bersinar. Apalagi bila ditambah dengan sholat-sholat sunnah lainnya, tentu akan semakin sering terkena air wudhu….

Lain waktu ketika seorang pasien ingin merubah wajahnya, misal memancungkan hidung, beliau menasehati… mengapa harus dirubah? Bukankah tubuh ini sudah dibentuk oleh desainer terbaik yaitu Allah SWT? Pesek menurut kita, tapi pasti tidak jelek menurut Allah karena Allah sudah mendesain yang terbaik untuk kita… Ingat ya Frens, bahwa Allah tidak akan menguji hambaNya di luar kemampuannya! Kita saja yang kadang merasa sengsara (karena mengikuti hawa nafsu)…..

Selama ini kita memang terlalu sibuk dengan cantik menurut manusia, bukan cantik menurut Allah. Ingatlah, bahwa tubuh ini titipan Allah yang harus kita kembalikan kepadaNya sebagai mana Allah titipkan.

Bagaimana jawab kita nantinya ketika wafat dan ditanya “Mana yang dulu saya titipkan? Apakah dirawat dengan baik? Mengapa dirubah?” hiiii…… serem ya…. Tentu kita akan sangat menyesal melakukan perubahan itu semua di dunia ini….

Beliau juga berpesan, cantik itu tidak hanya cukup dari luar saja. Perbanyaklah senyum, karena senyum adalah ibadah, senyumlah yang ikhlas agar keluar Inner beauty kita.

Allah itu memberi segala sesuatu dengan kekurangan dan kelebihannya.Coba kita lihat bahaya matahari terhadap kulit manusia. Memang sinar matahari dapat merusak kulit kita, ia juga sangat dibutuhkan oleh kita untuk regenerasi kulit. Usahakanlah sebelum jam 8 pagi, kita berolahraga atau terkena sinar matahari, karena saat itulah sinar matahari membantu pembentukan dinding dan pigment kulit… Subhanallah!

Selain itu, perbanyak juga makan sayur dan buah, dimana serat serat tersebut akan membersihkan kulit kita dari kotoran…

So frens, mari kita perbaiki niat dalam diri kita…. Untuk siapakah kita cantik? Untuk ibadah atau untuk berbangga-bangga? Tubuh kitalah yang akan menjawab nantinya…..

Ingin lebih mencari kecantikan lahiriah melalui pendekatan spiritual, coba deh baca buka Astrid Ivo berjudul Cantik Sepanjang Usia….. buku panduan kecantikan yang selayaknya dimiliki para muslimah… Walaupun telah mempunyai 3 anak remaja, ibu berusia di kepala empat ini tetap terlihat seperti gadis remaja….

KECIL TAPI BESAR

Pagi sekali sebelum sampai ke kantor kami mampir ke Rumah Makan Betawi terkenal di Gondangdia untuk membeli sarapan pagi bekal ke kantor. Makanannya enak deh…ada nasi uduk dan lontong sayur yang betawi abis…

Sesampainya di sana,aku pesan 1 bungkus ketupat sayur untuk bekalku.

Selang beberapa menit kemudian, suamipun tergoda untuk membeli…1 bungkus lagi untuk dirinya. Eh, tidak beberapa lama kemudian, suami tergoda lagi untuk membeli 1 bungkus lagi untuk teman akrabnya…

Namun sebelum bungkusan ke tiga dibuat, tiba-tiba aku mencium bau asem (maaf seperti bau sampah) yang agak menyengat…

“Yah cium bau nggak?” tanyaku

Suamipun menjawab “Ah dari situ kali”, sambil menoleh dan menunjuk ke sisi kanannya…

Tapi perasaanku tidak enak, sepertinya tidak ada sampah di situ…Aku semakin penasaran darimana asal bau tidak sedap tersebut? Hm…., jangan-jangan dari santan ketupat sayur tersebut…gelitik pikiranku…

Kuberanikan diri meminta ijin kepada penjualnya untuk mencobanya dahulu..

Kubilang padanya, “Mas coba dulu yah… takut basi nih, ini kan masih panas, nanti kalau ditutup sampai di kantor takutnya basi”..

Dengan sendok yang tersedia, kucoba sedikit sayur tersebut…

Astaghfirullah.. segera kulepeh kuah tupat sayur tersebut ke tempat cucian piring dan berkata kepada Mas penjual.. “Mas, maaf, tolong coba deh, kayaknya asem”

Si mas-pun mencobanya sedikit dan sedikit terhentak, tapi ia hanya berkata, “Oh maaf Bu, mungkin karena hari ini kami pake udang, biasanya kami tidak pakai Bu.”

Dengan menyesal kami batalkan saja 2 bungkus ketupat sayur tersebut dan kuputuskan menggantinya saja dengan sebungkus nasi uduk lengkap dengan semur telur, tahu dan oreg tempe serta bihun gorengnya.. Ahh.. nggak papa deh tidak makan ketupat sayur, nasi uduknya kan maknyus punya lho, begitu pikirku…

Setelah selesai membayarnya, kami bergegas ke motor dan menaruh bungkus plastik hitam nasi uduk tersebut di stang motor..

Namun, setibanya di kantor, kami kaget setengah mati…. ternyata kantong tersebut kosong!.. yang tersisa hanya lobang besar di dasar kantong plastik hitam…

Aduh… sekali lagi ini bukan rezeki kami!.. Astaghfirullah al’adzim.. apa dosa kami sehingga kehilangan dua kali kesempatan makan enak?

Suamipun hanya berkata enteng “kurang sedekah kali kita”.

===

Malam harinya suami bercerita…

“Bunda…mungkin ini dosa kita tidak jadi memberi makanan ke Enya (Ibu Suami)…”

===

Memang…sekarang Enya tidak segesit dulu lagi…penyakit radang tulang dengkulnya sudah parah… untuk berjalanpun beliau harus menahan sakit…

Selain itu anak-anak telah menikah dan satu-persatu meninggalkan rumah Enya…

Enya sekarang tinggal sendiri tanpa pembantu. Namun alhamdulillah masih didampingi satu keluarga anaknya yang tinggal di rumah pavilliun di sebelah…

===

Friends, hari itu sebelum kejadian di atas, kami memang berniat memberi Enya makan/bekal untuk makan pagi/siangnya.
Namun timbul sedikit perbedaan pendapat di antara kami…
Suami agak keberatan memberikannya karena makanan yang akan kami berikan hanya cukup untuk Enya, Suami kuatir hal ini dapat menyinggung perasaan adik yang tinggal di sebelah yang saat ini merawat dan menjaga Enya…

Akhirnya, setelah dipertimbangkan, kami urungkan niat berbagi makanan tersebut untuk Enya…….

===

Malam itu… kami hanya dapat mencoba me-reka-reka penyebab ‘kesialan’ yang kami hadapi di pagi hari tadi…Suami berkata mungkin ini akibat kesalahannya yang tidak mengijinkan istrinya berbagi sedikit makanan ke Enya…

Makanan tersebut memang “kecil” (sedikit) tapi mungkin nilainya sangat “besar” buat Enya, Wallahu’alam

ARTI ULANG TAHUN UNTUKKU

Aku mau share sedikit tentang ulang tahunku yang ke 36 yang begitu spesial aku rasakan……

Hari itu tanggal 2 Juni 2006 jam 10:15, aku bergegas pulang ke rumah dari kantor, Mama ku agak gawat, setelah 2 X masuk ke rumah sakit, kondisinyasepertinya tambah mengkhawatirkan.

Sore harinya, kami larikan beliau ke UGD RS langganan kami…

Aah……… semuanya terasa menyedihkan…. Mama mulai meracau, meminta kami berkumpul dan mengatakan akan memberikan pesan-pesan terakhir……

Semakin waktu menjelang malam, kondisi mama semakin tidak menentu…..

Dokter memutuskan mengirim beliau ke ICU di RSPAD……

Waktu itu jam telah menunjukkan pukul 00:00 malam tepat tgl 3 Juni 2006.

Saya dan suami menemani mama di Ambulance ke Rumah Sakit, sementara kembaran saya mengendarai mobil di depan.

Tepat jam 00:15 saat 36 tahun kemaren saya di lahirkan, saya hanya dapat memandangi ibunda tercinta….. terlupakanlah kata-kata yang biasa saya ucapkan ketika ulang tahun…..

“Ma…. terima kasih ya, mama telah membimbing saya selama ini……….”

Pukul 00:45 ketika kembaran saya nongol di muka bumi ini, kamipun masih belum terpikir untuk saling mengucapkan ulang tahun……….

Aaahh…. semuanya begitu cepat…. Dan kami akhirnya tersadar ketika menjelang pukul 3 pagi…. Kembaran saya memeluk saya dan kami hanya berucap “selamat ulang tahun” dengan hambar……

Ternyata, di saat itulah kita baru merasakan, betapa arti ulang tahun itu tidak ada artinya tanpa kehadiran BUNDA tercinta……..

Dari beliaulah kita terlahir…… tanpa bimbingannya, tentu kita belum tentu tumbuh dewasa seperti saat ini…..

Moms, saya hanya ingin mengajak….. ketika kita berulang tahun…. Datangilah orang tua kita (apabila masih ada) dan katakanlah “Maaf……….dan terima kasih, bahwa kita masih dapat merasakan ulang tahun kita tahun ini……………”

Jangan tunggu ucapan terima kasih dari beliau, karena sesungguhnya pengorbanan beliau adalah Hadiah TERINDAH buat kita……Amin………

.

AKHIR DARI SAKITNYA MAMA (4)

Sudah lebih dari dua minggu mama koma di ICU, dan seperti biasa, kami tancap gas dari kantor di Sunter jam 5 sore untuk mengejar jam besuk mama di ICU yang hanya diberikan selama 1 jam saja (jam 5 sore sampai jam 6 sore).

Biasanya kami sampai di RS sekitar jam 6 kurang atau bahkan jam 6 lewat. Senin tanggal 31 Maret 2008 kami bahkan sampai di RS jam 6.15. Untung perawat di ICU masih memberi kami kesempatan membacakan doa untuk Mama.

===

Hari ini tanggal 1 April 2008, aktivitas berjalan tidak seperti biasanya.
Entah mengapa saya sepertinya terdesak untuk segera closing bulanan. Padahal laporan konsolidasi bank asli belum kami terima. Dan di saat sedang sibuk tersebut, sayapun tergoda untuk ikut bersama teman-teman ke Gramedia dan Gunung Agung. Entah mengapa… padahal kan laporan bulanan harus segera saya selesaikan.

 

Di toko bukupun, mata ini hanya tertarik pada buku yang membahas mengenai sakaratul maut. Entah mengapa (lagi) saya begitu yakin kalau Mama sedang dalam masa sakaratul maut.

Sayalah yang menemani beliau di malam terakhir beliau tersadar.
Jam 1 malam beliau ‘marah’ minta pulang ke rumah. Mama bahkan menyuruh Tina (pembantu yang begitu setia merawat mama) untuk mengambil uang di dompetnya untuk naik taxi malam-malam. Mama kemudian minta pintu dibuka, minta digendong dan minta Mandi….! Kata-kata ‘mandi’ benar-benar kata yang sangat menakutkan bagiku. Aku teringat cerita orang-orang yang sakaratul maut, yang rata-rata minta dimandikan sebelum meninggal… Ah…Cepat-cepat kubuang pikiran tersebut….

Akhirnya, aku putuskan membeli buku Yasiin Fadhilah setebal 46 halaman setelah sekian lama tidak ketemu juga buku yang khusus membahas sakaratul Maut.

Kembali ke kantor, kukejar kembali pekerjaan yang tertinggal. Cepat-cepat kuserahkan hitungan-hitungan yang dibutuhkan bagian akunting untuk closing, agar seandainya terjadi apa-apa mereka segera dapat menyelesaikan pekerjaannya. Ya… aku tidak tau mengapa rasanya ‘ajal’ semakin mendekati mama…

===

Tepat jam 5 sore aku telah sampai di kantor suami, kamipun segera menuju RS. Keanehan terjadi lagi, jalanan begitu lapang sekali, bahkan jam ½ 6 kami telah sampai ruang ICU.

Segera saja suamiku membacakan yaasiin fadhilah dan akupun membacakan surat yaasiin. Pembacaan surat yaasiin kali ini begitu menegangkan. 2 X mesin tensimeter berubah mencari tekanan terbaru. Bahkan turunnya pu n sangat drastis. Dari 74/38 menjadi tinggal 61/35…

Mata kami terus melihat ke mesin tensimeter dan jantung. Rasanya berat sekali keluar, kami tergoda untuk menunggu angka tensi terbaru… akankah angkat tersebut terus menurun?

Tapi rupanya mesin itu tidak berubah lagi. Segera saja kudekatkan wajah ini ke telinga mama, kukatakan kata-kata yang begitu berat rasanya, yang begitu mencekat di tenggorokan ini;

“Ma… kami sudah ikhlas. Mama kan katanya mau pulang, mau melihat rumah baru? ‘Pulang’ saja Ma, rumahnya sudah siap kok… pasti mama senang.

Mama kan juga kangen sama (Alm) Bapak. Insya Allah mama bisa ketemu Bapak dan Bapak akan senang bertemu Mama.

Mama katanya juga pengen ketemu Rasul kan Ma…. dan ketemu Allah. Allah sayang lho sama Mama. Mama pasti senang bertemu dengan Allah…”

Tanpa terasa air mata ini terus mengalir dan tenggorokan ini semakin tercekat…semakin sulit mengeluarkan kata-kata perpisahan yang ‘indah’ tersebut. Mama akan segera bertemu Rasul dan Allah… Bukankah itu tujuan akhir hidup kita?

Sebelum keluar, ku sempatkan membacakan kalimat istighfar dan syahadat di telinga mama…
Insya Allah mama mendengarnya walaupun dia tertidur dalam koma….

===

Kamipun berkumpul kembali di kamar 308 tempat kami menginap. Kami putuskan tidak akan ada yang pulang malam ini.
Kakak sudah ada, adik sedang bersiap dari kantornya di Juanda sementara kembaranku sedang interview.

Pukul 7:30 kembaranku tiba di parkiran RS. Dan selang 5 menit kemudian telpon kamar berdering. Rupanya panggilan dari kamar ICU. Kamipun berlari kencang menuju lantai 4… masuk ke ruang ICU…

Kulihat pemandangan yang tidak ingin ‘kulihat’… dokter dan perawat sedang berjuang memompa jantung mama. Kami tau saat-saat terakhir mama telah tiba.

Allah telah mengabulkan doa kami, kami berdoa agar di saat terakhirnya Mama didampingi dengan orang-orang yang mencintainya. Alhamdulillah kembaranku dapat segera berkumpul bersama kami, dan mendoakan mama di saat-saat terakhirnya.

Dengan tenang suamiku terus mentalkinkan mama sementara kami membaca doa sakaratul maut.

Kemudian dengan sedikit hentakan kepala ke atas, mama menghembuskan napas terakhirnya… Inna lillahi wa inna ilaihi ro’jiuun. Ya… tepat pukul 7.41 Mama wafat.

WAJAH ITU BEGITU BENING :

Jam 11 malam jenazah tiba di rumah duka.

Suamiku pun berkata, bukalah kain penutup wajah jenazah mama.

Akupun memberanikan diri mendekat dan dengan mengucap Basmallah kubuka pelan-pelan kain penutup wajah jenazah tersebut.

Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar… wajah itu…. begitu bening, tenang dan cantik. Mama terlihat putih dan alisnya tergaris teratur sekali… Beliau bagaikan sedang tertidur nyenyak… Dan wajahnya seperti fotonya ketika gadis…

Banyak rekan-rekan dan saudara mama mengatakan hal yang sama, mama ‘cantik’ dan bersih.

Begitupun ketika memandikan jenazah. Tidak kutemukan tanda-tanda lebam bekas luka di perutnya hingga paha yang sempat kulihat ketika mama terbaring di ICU. Semuanya terlihat normal….Subhanallah…

HIKMAH DI BALIK SAKITNYA MAMA (3)

mamaFriends, sudah lama sebenarnya saya ingin posting tulisan…
Tapi kok hati ini bimbang terus ya??

Mama sudah lama terbaring di Rumah Sakit (sejak 22 Jan 2008), kondisinya pun naik turun…

Setiap saya membuka komputer, sepertinya semua yang ada di otak itu menguap…
Yah… saya tahu, pikiran saya tidak di “situ”…

Saat ini kondisi mama kritis dan harus terbaring di ICU sejak Senin 17 Maret 2008.

Kami bergiliran menginap dan menungguinya di Rumah Sakit. Iya kami, semua anak-anaknya yang berjumlah 4 orang melakukan rolling dengan adil…seadil-adilnya demi Mama..

Kata-kata “Adil” memang sangat erat dengan kami berempat, anak-anak Mama…

Kami sangat bersyukur karena sebagai orang tua, Bapak dan Mama telah mengajarkan sifat adil di antara kami…

Di keluarga kami, Bapak dan Mama tidak mengijinkan seorang kakak memerintah adiknya, atau adik HARUS hormat kepada kakaknya. Yang mereka ajarkan adalah SEMUA ANAK harus saling hormat menghormati dan bersikap ADIL. Tidak ada kata kakak dan adik tetapi Saudara.

Pengalaman berikut mungkin dapat menggambarkan pengajaran yang telah diberikan Bapak dan Mama:

Dulu kalau Mama pulang Arisan pasti beliau membawa kue-kue dari Arisan.

Kami anak-anaknya, langsung lari ke dapur mengambil pisau dan mulai mengukur-ngukur sudut potong mana yang paling adil, agar semua anak mendapat bagian…

Bayangkan, walaupun itu sepotong kue bolu gulung kecil, semua anak tetap harus mendapatkan 1/4 bagian… he..he.. (padahal kalau pake istilah sekarang… anak-anak pasti akan bilang “Itu mah ngotorin lidah doang….! ha..ha.ha..ha..). Kecil banget lho friends jadinya, tapi biarlah yang penting ngerasain….

Nah biar keadilan semakin ditegakkan, kita akan menunjuk seorang perwakilan untuk melakukan memotong kue itu. Yang ditunjuk sebagai perwakilan tersebut sebenarnya bukan beruntung tetapi malah ‘apes’…

Mengapa ? karena di akhir ritual pemotongan kue tersebut, dialah yang harus rela menerima sisa kue yang tidak terpilih… alias yang paling kecil!
==============

Tidak terasa, pengalaman di waktu kecil itu sangat berarti buat kita di saat dewasa ini…

Sekarang, kami dengan adil berusaha membagi waktu sebaik-baiknya untuk bergiliran menjaga mama… Kami sadar setiap anak pasti mempunyai kesibukan dan kepentingan, tetapi kami insya Allah dengan bekal pelajaran dari Mama dapat melakukan rolling tersebut dengan adil seadil-adilnya…

Terima kasih Mama, semoga Allah memberikan yang terbaik buat Mama, sebagaimana Mama telah memberikan kepada kami bekal yang terbaik… Amin..

Repost dari Meaningful Life  3/19/2008 07:54:00 AM (Blog lama saya yang sdh error)

HIKMAH DIBALIK SAKITNYA MAMA (2)

mama 2“Nanti kalau kalian tua, kalian juga akan seperti ini (pikun)”… demikian kata-kata dokter yang merawat mama yang membuat kami tersentak…

Yah..mama sudah 64 tahun, sudah memasuki masa lansia. Sedikit demi sedikit daya ingatnya berkurang, sebentar-sebentar dia berujar “saya lupa, saya sudah lupa”…

Kami anak-anaknya, harus maklum karena kami-pun akan tua, akan berkurang daya ingatnya… Ini sudah suratan Allah…

(QS An Nahl : 70) “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”

Bahkan ilmu kedokteran-pun telah melakukan penelitian tersebut, seperti yang diuraikan oleh Dr Hadril Busudin ketika meresmikan klinik Gerontology (klinik untuk orang tua-tua) di DKK Kodya Padang pada tgl 22 Oktober 1994, bahwa
“Penyakit lupa adalah penyakit yang paling sering menghinggapi orang tua, karena otak yang menua. Otak yang tua, permukaan otaknya menjadi mengecil dan saluran serta rongga-rongga didalamnya menjadi luas dan lebar dan diikuti berkurangnya mielin atau selubung saraf. Aliran darah setempatpun menjadi berkurang karena pembuluh darah menjadi kaku dan keras, kurang elastis. Semua ini menimbulkan kemunduran intelektual yang kita kenal dengan “pikun” terutama menjelang usia 70 tahun”
Lalu bagaimanakah kita menyikapinya ?
Ternyata otak ini harus terus dilatih untuk bekerja-bekerja-bekerja dan mengolah/mengambil hikmah dari setiap kejadian….
Bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa orang-orang yang rajin membaca atau menghafal Al Quran mempunyai daya ingat yang sangat baik….
Kita saat ini hidup di kenikmatan duniawi yang sebenarnya kelak justru merusak kehidupan duniawi kita…
Otak kita semakin malas untuk berpikir karena kemudahan yang terus disajikan dikehidupan kita…
Coba sekarang teman-teman hitung 187 X 3 sama dengan berapa ?
Pasti teman-teman berharap ‘coba kalau ada kalkulator!’

Nah sekarang semuanya kembali kepada diri kita, akankah masa tua kita dipersulit dengan pikun ?
Semuanya benar-benar tergantung pada diri kita, maukah kita untuk terus membaca & mengkaji isi Al Qur’an, membaca koran/berita penting, berhitung manual dan lain-lain agar masa tua kita tidak dipersulit dengan penyakit pikun yang parah???
Ingatlah kembali ayat Al Qur’an di atas dan ucapan dokter yang membuat kami tersentak tersebut “Nanti kalau kalian tua, kalian juga akan seperti ini (pikun)!”…


Repost dari Meaningful Life (Blog lama yg sdh dead) pada 2/21/2008 08:11:00 AM

HIKMAH DI BALIK SAKITNYA MAMA (1)

Mama yang sangat kami sayangi, yang telah membesarkan kami harus dirawat di rumah sakit karena komplikasi beberapa penyakit sejak Jan 22, 2008. Bahkan beliau harus dirawat di ImCu dan menjalani HD serta transfusi darah.

Kami anak-anaknya bergantian menjaga beliau. Sedih hati ini melihat perjuangannya menghadapi berbagai penyakit yang terus mengrogotinya…

Namun yang jauh membuat kami lebih terharu adalah :

Di kala sadar beliau masih sempat bertanya… “Anak-anak disini semua? Apa kalian tidak harus ke kantor?”. Beliau merasa sangat merepotkan kami…

Benar-benar perkataan tulus seorang Ibu yang tidak pernah lelah memikirkan kami anak-anaknya. Bukankah kami telah dewasa?

Bukan lagi saatnya beliau memikirkan kami, tapi inilah saatnya kami membalas budi jasanya yang telah merawat dan membimbing kami hingga dapat dengan sabar merawat beliau…

Seandainya beliau tidak membimbing kami dengan baik, belum tentu kami dapat sabar menghadapi cobaan ini…

Saat ini mama telah memasuki masa kembali seperti anak kecil, begitulah yang telah difirmankan dalam Al Qur’an.. Dan merawat anak kecil itu sangat berbeda dengan merawat orang dewasa, mereka dapat berpikir dan mencerna segala tingkah laku dan perkataan kita…. Kita pun harus siap lahir dan batin..

Hal ini mengingatkanku pada kejadian beberapa waktu lalu… ketika rasa capek telah memuncak dan amarah akan keluar karena kelakukan anak-anak, suami mengingatkan.. “Bunda harus sabar, merekalah nanti yang akan merawat kita… Kalau kita tidak sabar memegang amanah ini, nanti mereka juga tidak akan sabar saat merawat kita di hari tua…”

Dan sayapun tersadar… kita kadang cepat naik amarah ketika menghadapi kenakalan/keisengan si kecil.. namun kita lupa.. bahwa nanti ketika kita tua, ketika kita kembali ke usia anak-anak (seperti mereka), mereka juga harus sabar menghadapi kita…..

Repost dari blog lama, 12 Feb 2008 11:08 PM

SEBELUM AJAL MENJEMPUT

Sebagai orang yang senang bepergian, entah mengapa, ketika harus bepergian dengan pesawat, terutama saat take-off dan landing, saya selalu berdoa dengan berlebihan……Terbayang di pelupuk mata ini, peristiwa-peristiwa kecelakaan pesawat yang mengerikan, dengan para penumpang dan awak pesawat yang jarang dapat diselamatkan.

Namun ketika saya bepergian dengan mobil, bis, kapal ataupun kereta api, saya hanya berdoa seperlunya dengan doa-doa standard. Mengapa begitu? karena saya merasa masih berpijak di muka bumi, sehingga apabila terjadi kecelakaanpun kemungkinan diselamatkan masih memiliki probabilita yang lebih besar dibandingkan kecelakaan di atas langit sana….

——

Tanpa disengaja, suatu saat saya teringat akan suatu ketetapan Allah SWT bahwa Ajal itu digenggamanNya… kita tidak dapat memundurkannya atau bersembunyi darinya walaupun di dalam benteng yang sangat kokoh…

Saya pun tersadar, mengapa saya harus berlebihan? Bukankah seandainya saat ini apabila saya tidak sedang naik pesawat, saya pun akan wafat ketika kontrak saya di dunia ini sudah habis?

Mengapa saya harus takut?

Seharusnya saya takut karena saat Ajal menjemput saya belum banyak berbuat baik di dunia ini…

Selayaknya saya takut bukan dengan kematian itu sendiri tapi takut dengan cara saya mati, akankah saya mati dalam keadaan baik atau dalam keadaan buruk???

————

Ternyata apa yang saya alami tersebut, mengingatkan saya akan sesuatu hal yang selayaknya tidak kita lakukan….

Ingat tidak frens, kadang kala ketika kita mendapati berita kematian, kita sering berucap…

“Coba tadi dia tidak jadi pergi…..”

“Duh seandainya lebih cepat dibawa ke Rumah Sakit…..”

“Wah ….Mestinya tadi dia jangan melamun….”

dan berbagai pengandaian lainnya….

Sebenarnya frens, apa yang telah kita ucapkan itu, tanpa kita sadari merupakan suatu penolakan terhadap kehendak Allah!… Ingatlah, bahwa Ajal itu merupakan suatu ketetapan….

Apa yang sepatutnya kita pikirkan adalah Bagaimana seseorang itu dapat wafat dalam keadaan baik….

Oleh karena itu Frens, marilah mulai saat ini kita tidak berandai-andai bagaimana seseorang dapat menghindari Ajal, tetapi marilah kita mulai belajar melihat bagaimana seseorang itu wafat, apakah dalam keadaan khusnul khotimah atau su’ul khotimah agar dapat menjadi peringatan bagi diri kita……..

———–

Berikut penjelasan lengkap mengenail Ajal yang dikutip dari website Erasmuslim, Antara Rezeki, Jodoh dan Ajal Senin, 29/11/2010 13:37 WIB

Dari sini ajal al-insân (ajal manusia) adalah akhir kehidupan seseorang atau habisnya umur seseorang. Artinya, saat ajal seseorang itu tiba, saat itu pulalah kematian datang menjemputnya.

Di dalam al-Quran kata ajal dan bentukannya disebutkan sekitar 55 kali. Di antaranya

dalam arti jangka waktu (misal: QS al-Baqarah [2]: 231, 232, 234, 235; al-A’raf [7]: 135); umur (misal; QS al-A’raf [7]: 34; Yunus [10]: 11, 49); akhir umur/akhir kehidupan (misal: QS an-Nahl [16]: 61; Fathir [35]: 45).

Sebab Kematian: Berakhirnya Ajal

Ayat al-Quran yang qath’i tsubut dan qath’i dilalah menyatakan secara pasti bahwa Allah SWT sajalah Zat Yang menghidupkan dan mematikan. Allah SWT berfirman:

وَاللَّهُ يُحْيِي وَيُمِيتُ

Allah menghidupkan dan mematikan (QS. Ali Imran [3]: 156).

Al-Quran juga menegaskan hal ini pada banyak ayat lainnya (lihat QS. al-Baqarah [2]: 73, at-Tawbah [9]: 116, Yunus [10]: 56, al-Hajj [22]: 6, al-Mu’minun [23]: 80, al-Hadid [57]: 2).

Allah SWT telah menetapkan ajal bagi tiap-tiap umat maupun individu. Kematian, yaitu datangnya ajal, telah ditentukan waktunya sebagai suatu ketetapan dari Allah yang tidak bisa dimajukan maupun dimundurkan. Allah SWT berfirman:

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (QS. Ali Imran [3]: 145).

مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ

Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat memundurkannya (QS. al-Hijr [15]: 5; al-Mu’minun [23]: 43)

Pernyataan senada antara lain terdapat dalam QS. Yunus [10]: 49; an-Nahl [16]: 61 dan QS al-Munafiqun [63]: 11. Jadi, habisnya ajal atau datangnya kematian adalah sesuatu yang pasti (QS al-‘Ankabut [29]: 5). Karena kematian adalah pasti datangnya maka manusia tidak akan bisa lari menghindar darinya. Allah SWT menegaskan:

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ

Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya tetp akan menemui kalian.” (QS. al-Jumu’ah [62]: 8).

Allah SWT juga menegaskan:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. an-Nisa’ [4]: 78).

Ayat ini menegaskan, jika orang berupaya menghindar dari kematian—dengan jalan membentengi diri dari apa saja yang dia sangka menjadi sebab datangnya kematian seakan dia berlindung dalam benteng yang tinggi lagi sangat kokoh sekalipun—maka hal itu tidak akan bisa menghindarkannya dari kematian. Sebab, semua yang disangka sebagai sebab maut itu baik berupa sakit, perang, dsb, sejatinya bukanlah sebab maut. Semua itu hanyalah kondisi yang didalamnya kadang terjadi kematian, namun kadang juga tidak.

MEREKA TERPAKSA MENGEMIS

“Barangsiapa memberi krn Allah, menolak karena Allah, mencintai krn Allah, membenci krn Allah, dan menikah krn Allah, maka sempurnalah imannya.” HR Abu Dawud

Seorang sahabat bertanya kpd Rasulullah SAW,

” Sodaqoh yg bagaimana yg paling besar pahalanya?”

Nabi SAW menjawab, ” Saat kamu bersodaqoh hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata utk fulan sekian dan utk fulan sekian.” HR Al-Bukhari”

Demikian sebagian hadits yang menjadi pembuka apa yang akan kami ceritakan di blog ini.

Beberapa waktu lalu…. biasanya malam hari di depan jendela Dunkin Donuts di Hero Mampang, duduk seorang Ibu dengan anaknya… dia menjual Rempeyek…

Harganya tidak mahal buat orang-orang yang belanja di situ… hanya 4000/bungkus…

Sayangnya, tidak banyak orang yang rela mampir dan membeli rempeyeknya…

Kerap kulihat dia hanya melamun, entah apa yang dilamunkannya….

Berapalah keuntungan yang didapatnya dari sebungkus rempeyek… Rp.2000? Rp.1000? atau malah hanya Rp.500?

Kini, setelah harga-harga melonjak naik…sang Ibu tidak lagi datang bersama bungkusan rempeyek dan anaknya…

Dia telah berubah menjadi seorang pengemis…

Dia terduduk merunduk di tangga di depan pintu masuk Giant (d/h Hero)…

Yah… waktu telah merubah cara berpikirnya…. dia tidak dapat berusaha lagi menjadi orang dengan tangan di atas… tapi dia telah berubah menjadi orang dengan tangan di bawah…

Mungkin sebagian orang akan mencibirnya….

Usia masih 35-45 tahunan, sehat…. tapi kenapa mau ya jadi pengemis????

Namun bagi orang yang mengenal dan mengetahuinya…. miris hati ini melihatnya…..

Mungkin dia-pun tidak ingin menjadi pengemis…

Tapi itulah ‘pilihan’ terakhir yang harus dilakukannya demi anak-anaknya di rumah….

Dia tidak sanggup lagi beli minyak/gas yang naik harganya… begitu pula kebutuhan pokok lainnya….

Lebih baik mengemis daripada anak-anak tidak makan….mungkin begitu pikirnya.

 ====

Friends, ada lagi satu pengalaman dengan pengemis yang saya temui..

Setiap sore sepulang kantor, di pinggir sungai dekat lampu merah Toyota-Sunter, berdiri seorang ibu rapih dengan rambut tersisir kebelakang dan anaknya yang cacat mental berumur +/- 6 tahun.

Setiap ada yang memberi sedekah, sang anak dengan bimbingan sang ibu akan tersenyum dan mengucapkan “terima kasih” dengan susah payah….

Dan mereka pun akan tersenyum manis dan bahagia, setiap orang yang bersedekah, membalas senyum mereka…Duh, jarang melihat senyum ikhlas pengemis di jaman yang semakin menggila ini….

Medio Feb-Mar 2008, ketika Ibunda saya terbaring di ICU, saya kerap meminta mereka mendoakan Ibu saya sembari memberikan sedikit sedekah….

Saya teringat makbulnya doa-doa orang seperti mereka….

Setiap saya utarakan hal tersebut, sang Ibu akan berucap…”Allah Maha Tahu Bu….” Amiin

Waktu terus berlalu, dan rutinitas itupun seperti saat yang ditunggu-tunggu, baik olehku maupun oleh Ibu dan anak tsb….

Mereka akan berlari-lari kecil ketika mobil kami mendekat, dan terjadilah interaksi yang ‘indah’ di antara kita…

Tak terasa, Mama-pun dipanggil oleh Yang Maha Kuasa….

Dan kusampaikan berita tersebut ke Ibu Pengemis di suatu sore….

Ternyata, ucapannya membuatku makin miris “Iya…Bu, suami saya pun dipanggil Allah Agustus tahun lalu”…

Astaghfirullah al’adziim…. Terbayang di wajah saya…. bagaimana sulitnya beliau membesarkan anaknya yang cacat mental setelah ditinggal suami…

Mungkin ia ingin bekerja, tapi dia tidak bisa meninggalkan anaknya….

Berapa banyak orang yang mengetahui hal tersebut?

Berapa banyak orang yang ‘ridho’ memberinya sedekah melihat penampilannya yang tidak kumal?

” Orang yg mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tdk merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yg tdk berbuka. HR Al Bukhari”

Ternyata kita hanya mampu berpendapat, tanpa mengetahui kehidupan mereka sebenarnya….

Kini semuanya kembali kepada diri kita masing-masing…..

Janganlah berprasangka buruk kepada pengemis-pengemis itu…. kita tidak tahu apa yang mereka hadapi….

Daripada mencibir dan menimbulkan dosa, lebih baik diam…

Atau berikanlah sedekah dan doa agar hidup mereka berkah dan dimudahkan.

Insya Allah, pahala akan kita raih….

(“Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain” HR Ahmad)

Memang banyak orang yang pura-pura jadi pengemis…

Namun bisakah kita membedakannya mana yang benar dan mana yang bukan?

Jangan-jangan dengan berprasangka buruk dan menghindar mensedekahkan harta, kita telah melewatkan rahmah dari Allah melalui pengemis tersebut…..

” Allah Tabaraka wata’ala berfirman (hadist Qudsi): ” Hai anak Adam infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku akan memberikan nafkah kepadamu.” HR Muslim

Insya Allah