KISAH TIGA BUAH HAPE

david fara firaSabtu tanggal 7 Juni 2008, keponakan kami, David merayakan Ultahnya yang ke-9.

Wah Fara dan Fira senang sekali.. diajak main Bowling….di EX.

Ini kali pertama mereka main bowling… jadi sepertinya mereka lupa waktu…Selesai bermain kita makan siang (sebenarnya sih bukan makan siang tapi makan sore) karena udah ampir jam 3.

Kami semua membawa hadiah buat David. Dan ternyata, selain memberi hadiah ke David, kembaranku juga membeli hadiah buat Fara dan Fira, yaitu telpon mainan yang jumlahnya 3 (tiga) buah…

 

Kenapa tiga buah?

karena satu set emang ada 3..he..he..he..main hape di plaza indo

Nah berhubung kelebihan satu buah, saudara kembar saya bilang ke Fara, “Nanti yang satunya dikasih ke Farsya ya…” (sepupu Fara yang seumuran dia).

Selama acara dan jalan-jalan mereka senang sekali main game di HP-HP an itu. Bahkan dalam hitungan menit, Fara udah jago… tidak ada yang bisa ngalahin dia…Sampai sepupunya David yang udah 9 tahun bilang, “Aku juga kalau masih kecil (seperti Fara) pasti menang!”… he..he.he.. syirik kali ye…

Sore hari Farsya mampir sebentar ke rumah bersama Abi dan Ummanya. Langsung saja saya suruh Fara memberi HP itu ke Farsya…

Tapi ternyata Fara tidak mau, ketika HP saya berikan ke Farsya, dia mulai marah dan menangis.

Saya tanya dan berikan HP hijau Farsya ke Fara, “Kakak mau tukar HP-nya dengan yang warna Hijau ini?”

Dia jawab, “Nggaaaaaaak!!!!!” (duh kenceng banget!)

Dengan sangat terpaksa, saya ambil HP hijau tersebut dari tangan Fara untuk saya kembalikan ke Farsya…

Tidak dinyana… Fara mulai menjerit… dan Abi dan Umma Farsya mulai tidak enak, mereka menyuruh Farsya segera mengembalikan HP tersebut.

Tapi saya kekeh ke Abi dan Umma kalau HP tersebut tetap harus dikasih ke Farsya. Saya bilang Fara harus belajar“Menjalankan Amanah”.

Saya bilang pada Fara, “Ini kan pesan dari Auntie Rini, HP ini untuk Farsya, kita harus ngasih ke Farsya..”

Fara malah tambah menjerit dan menangis…(Wah… malu deh ama tetangga, mana nangisnya di teras lagi)

Sayapun memantapkan hati, ini saatnya Fara belajar. Saya harus TEGA. Fara harus mengambil pelajaran hidup…

Saya abaikan saja dia menangis sampai puas…

=====

Keesokan harinya, ketika Fara mulai tenang dan ceria, saya ajak ngobrol santai.

“Kakak kok tidak mau kasih HPnya ke Farsya, sih? Itu kan sudah pesan Auntie Rini”

“Kalau kita dikasih amanah atau pesan oleh orang lain, kita harus melaksanakannya Kak…

Walaupun kakak suka, tetap harus kita kasih ke Farsya, ntar hidup nggak berkah lho Kak…karena kita tidak amanah”

Fara-pun menjawab :

“Tapi kakak pengen kasih HP-nya ke Najwa”

Saya bilang, “Lho, kan Auntie bilangnya, HP itu buat Farsya”

Fara pun menambahkan “Kemarin kakak udah bilang ke Auntie, tapi Auntie tidak dengar”

Ooh, gitu.. lain kali kalau Auntie tidak dengar, kakak harus ngomong lebih keras lagi yah!”

Kalau gini kan, kakak yang rugi…”

“Iya…bunda….”

“Kemarin kakak juga gitu Bunda. Di sekolah, Kakak bilang ama bu Guru, kakak mau pipis, tapi Bu Guru nggak dengar, Bu Guru malah bilang, ayo cepat.. cepat… kakak harus latihan nari!… Eh… kakak jadinya ngompol BUnda!!!”

Hahhh???

“Iya..iya.. makanya lain kali kalau kita ngomong tidak kedengaran, kita harus ngomong lebih keras yah… biar mereka dengar”

“Iya bunda…”

=====

Alhamdulillah, tidak terasa sudah 2 pelajaran telah dipelajari oleh Kakak, bahwa amanah orang itu harus dijalankan, walaupun pahit. dan pelajaran kedua, bahwa ketika berkomunikasi, kakak harus yakin orang yang diajak ngomong tersebut dapat mendengar dan mengerti maksud kita.

Semoga kakak jadi anak yang amanah…Amin..

Belajar Kecewa

Minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu buah hati kami…
Inilah saatnya mereka bisa bercengkerama dengan kami… dan saat nya keluar dari rumah untuk berjalan-jalan bersama-sama…
Biasanya malam hari sebelum tidur si Kakak (Fara) akan bertanya,

Masih kecil segini saat belajar kecewa itu… hhihi gemes ya

“Ayah-bunda, besok kalau aku bangun begini, aku ke sekolah tidak?”

“Tidak sayang, besok hari Minggu, ayah, bunda dan kakak Libur!, Ayah-bunda tidak ke kantor, dan kakak juga tidak sekolah”…..jawab kami.

“Asyiiiik..” jeritnya, dan kakakpun tertidur pulas dengan senyum di bibirnya….menanti minggu yang kami janjikan.

Minggu pagi ini kami janji mengajak Kakak dan Dede main ke Time Zone.
Pagi sekali kakak sudah bangun, sudah mandi dan segera mengenakan baju pergi pink kesukaannya..
Kami-pun bergegas makan pagi bersama, sementara kakak dan dede sabar menunggu di ruang TV.
Namun tanpa terduga, hujan turun dengan derasnya….
Kamipun merasa gundah.. AC mobil sedang rusak! Repot sekali kalau kita harus pergi ketika sedang hujan.
Aduh.. sedih rasanya membayangkan kecewanya Kakak tidak jadi main ke Time Zone.

Sebagai orang tua kami menyadari inilah saatnya kakak belajar kecewa.
Kelak dia akan menghadapi situasi seperti ini berulang kali. Kehidupan ini seringkali berjalan tidak sesuai rencana, kakak harus belajar untuk tidak memaksakan kehendaknya.

Kemudian kamipun memanggil kakak ke ruang makan

“Kakaaaak sini deh…”

“Ada apa bunda?”

“Kakak liat tidak di luar itu apa?”

“Ooh..hujan bunda!”

“Kalau hujan begini, repot ya Kak ke Time Zone-nya?”

“Wah, repot bunda…”

“Hmmm… kalau gitu ke Time Zone-nya lain kali aza yah… kalau tidak hujan”
Agak lama kakak terdiam… dia sedang berpikir keras dan kami tau ada raut kekecewaan di wajahnya.

Selang beberapa menit kemudian, kakakpun berujar,

“Lain kali aza deh Ayah-Bunda…” Kakakpun berlari kecil ke ruang TV untuk bermain kembali bersama adiknya..

Well Friends, selama ini tanpa sadar kita sering memaksakan kehendak kita kepada anak-anak. Ketika situasi memaksa kita merubah rencana, kita sering berbicara kepada anak-anak seperti seorang diktator. Kita lupa bahwa mereka juga ‘dapat’ melihat dan berpikir seperti kita.

Alhamdulillah, satu pelajaran telah kami ajarkan kepada Kakak. Semoga kakak dapat menjadi anak yang sabar dan mengerti bahwa kecewa hanyalah salah satu rasa untuk melatih kesabaran…. insya Allah.

Repost from My ‘error’ previous Blog 2 Maret 2008

 

 

MENJAGA KEPERCAYAAN ANAK KEPADA ORANG TUA

Pertengahan tahun ajaran ini kami sekeluarga terpaksa pindah ke Bekasi…
Mau tidak mau anak2pun harus pindah sekolah di lokasi sekitar rumah….

Kakak Fara yang telah duduk di kelas 2 SD tidak mengalami kesulitan berarti di hari2 pertamanya di sekolah baru…
Ia cukup diantarkan sampai depan kelas kemudian ditinggal sampai jam menjemput tiba…

Tapi tidak begitu halnya dengan si kecil De Fira yang masih di TK kelas/kelompok B…

Di sekolahnya yang baru ini Fira harus berhadapan dengan murid laki2 yang berjumlah dua kali lipat dibandingkan murid perempuan.
Hari pertama sekolahpun de Fira langsung mendapatkan hadiah lemparan bola ke kepalanya!
Efeknya… dia tidak mau ditinggal di sekolah!

Hari pertama kedua ketiga hingga kelima, aku harus menungguinya di teras sekolahan….

“Bunda Tunggu di sini (sambil nunjuk tiang)!” begitu selalu pesannya ketika jam sekolah akan dimulai.

Ampuuuun deh… badan pegel capek tidak kepalang…duduk bersandarkan tiang dari jam 7 hingga jam 12 siang…. Aku harus pintar2 membunuh waktu, Hari ini bawa buku, besok bawa majalah, besoknya lagi bawa laptop!..

==========

Setelah hampir berjalan dua minggu tanpa perubahan berarti, aku harus pergi ke Jamsostek di Daan Mogot, yang berarti meninggalkan Fira tidak ditunggui di sekolah.

Sejak pagi aku sudah berusaha bujuk dede agar mau ditinggal…. tapi dia ngambek dan kekeh aku harus nungguin di tiang keramat itu (hehehehe…)

Lalu seorang ibu menyarankan “Kalau saya bu tegaan…. tinggalin saja…. nanti juga terbiasa!”
Yang lainnya bilang “Bilang aza bu mau ke warung sebentar…. ntar dia tidak sadar kalau ditinggal”
Yang lainnya lagi berujar “Kabur aza bu kalau Fira tidak lihat!”

Terus terang aku ragu dan langsung menjawab:
“Tidak bisa bu, saya tidak biasa bohong ke anak, nanti kepercayaan Fira hilang”

Lalu untuk saran ibu yang lainnya saya menjawab:
“Saya tidak mungkin kabur bu, kami kan selalu berpamitan dan mengucapkan salam ketika berpisah!”

Jawaban2 itu spontan dan lancar keluar dari lisanku…
Mengapa???

yah, karena terus terang, sejak anak anak dini, untuk alasan apapun kami selalu berusaha TIDAK BOHONG kepada mereka…..

Mengapa harus bohong? Bukankah bohong menghilangkan kepercayaan seseorang?
Yakinlah pasti ada cara lain yang lebih bagus dan mendidik dibandingkan kehilangan kepercayaan seorang anak kepada orang tuanya….

Kalau kami perhatikan, banyak dari kita yang ingin segera lepas dari beban beban seperti ini…
Caranya? ya berbohong itu…
Mereka berpikir “Ntar juga lupa!”………..

Tapi sebenarnya kita-lah yang LUPA….
Kita lupa bahwa kita telah melukai perasaan mereka
Kita lupa kita telah merenggut kepercayaan mereka…

Percayalah…. hubungan yang paling indah itu adalah adanya rasa saling percaya…
dan kepercayaan itu berat untuk dipertahankan….

So frens, dengan berjalannya waktu, akhirnya alhamdulillah kami menemukan cara yang lebih baik dibandingkan dengan mengorbankan kepercayaan anak.

caranya, aku tidak mengantarkan Fira ke sekolah, tetapi ayahnyalah yang mengantarkannya ….
karena kepada ayahnya, ia tidak terlalu manja, sehingga ayahnya dapat dengan mudah meninggalkannya ketika lonceng sekolah berbunyi…

======

Alhamdulillah…. satu lagi hikmah telah kami peroleh…
bahwa beratnya masa2 menungguinya disekolah tidak sebanding dengan rasa percayanya yang tetap melekat pada kami orang tuanya………….