MENJAGA KEPERCAYAAN ANAK KEPADA ORANG TUA

Pertengahan tahun ajaran ini kami sekeluarga terpaksa pindah ke Bekasi…
Mau tidak mau anak2pun harus pindah sekolah di lokasi sekitar rumah….

Kakak Fara yang telah duduk di kelas 2 SD tidak mengalami kesulitan berarti di hari2 pertamanya di sekolah baru…
Ia cukup diantarkan sampai depan kelas kemudian ditinggal sampai jam menjemput tiba…

Tapi tidak begitu halnya dengan si kecil De Fira yang masih di TK kelas/kelompok B…

Di sekolahnya yang baru ini Fira harus berhadapan dengan murid laki2 yang berjumlah dua kali lipat dibandingkan murid perempuan.
Hari pertama sekolahpun de Fira langsung mendapatkan hadiah lemparan bola ke kepalanya!
Efeknya… dia tidak mau ditinggal di sekolah!

Hari pertama kedua ketiga hingga kelima, aku harus menungguinya di teras sekolahan….

“Bunda Tunggu di sini (sambil nunjuk tiang)!” begitu selalu pesannya ketika jam sekolah akan dimulai.

Ampuuuun deh… badan pegel capek tidak kepalang…duduk bersandarkan tiang dari jam 7 hingga jam 12 siang…. Aku harus pintar2 membunuh waktu, Hari ini bawa buku, besok bawa majalah, besoknya lagi bawa laptop!..

==========

Setelah hampir berjalan dua minggu tanpa perubahan berarti, aku harus pergi ke Jamsostek di Daan Mogot, yang berarti meninggalkan Fira tidak ditunggui di sekolah.

Sejak pagi aku sudah berusaha bujuk dede agar mau ditinggal…. tapi dia ngambek dan kekeh aku harus nungguin di tiang keramat itu (hehehehe…)

Lalu seorang ibu menyarankan “Kalau saya bu tegaan…. tinggalin saja…. nanti juga terbiasa!”
Yang lainnya bilang “Bilang aza bu mau ke warung sebentar…. ntar dia tidak sadar kalau ditinggal”
Yang lainnya lagi berujar “Kabur aza bu kalau Fira tidak lihat!”

Terus terang aku ragu dan langsung menjawab:
“Tidak bisa bu, saya tidak biasa bohong ke anak, nanti kepercayaan Fira hilang”

Lalu untuk saran ibu yang lainnya saya menjawab:
“Saya tidak mungkin kabur bu, kami kan selalu berpamitan dan mengucapkan salam ketika berpisah!”

Jawaban2 itu spontan dan lancar keluar dari lisanku…
Mengapa???

yah, karena terus terang, sejak anak anak dini, untuk alasan apapun kami selalu berusaha TIDAK BOHONG kepada mereka…..

Mengapa harus bohong? Bukankah bohong menghilangkan kepercayaan seseorang?
Yakinlah pasti ada cara lain yang lebih bagus dan mendidik dibandingkan kehilangan kepercayaan seorang anak kepada orang tuanya….

Kalau kami perhatikan, banyak dari kita yang ingin segera lepas dari beban beban seperti ini…
Caranya? ya berbohong itu…
Mereka berpikir “Ntar juga lupa!”………..

Tapi sebenarnya kita-lah yang LUPA….
Kita lupa bahwa kita telah melukai perasaan mereka
Kita lupa kita telah merenggut kepercayaan mereka…

Percayalah…. hubungan yang paling indah itu adalah adanya rasa saling percaya…
dan kepercayaan itu berat untuk dipertahankan….

So frens, dengan berjalannya waktu, akhirnya alhamdulillah kami menemukan cara yang lebih baik dibandingkan dengan mengorbankan kepercayaan anak.

caranya, aku tidak mengantarkan Fira ke sekolah, tetapi ayahnyalah yang mengantarkannya ….
karena kepada ayahnya, ia tidak terlalu manja, sehingga ayahnya dapat dengan mudah meninggalkannya ketika lonceng sekolah berbunyi…

======

Alhamdulillah…. satu lagi hikmah telah kami peroleh…
bahwa beratnya masa2 menungguinya disekolah tidak sebanding dengan rasa percayanya yang tetap melekat pada kami orang tuanya………….

JIN ITU BERNAMA KORSLET

Malam semakin larut… hanya deritan ranting ranting kayu diterpa angin malam yang terdengar… Sebenarnya sebagai manusia yang agak penakut, aku tak akan mau berdiam diri terbangun mengamati semua itu, apabila bukan karena anakku Fira minta disusui.

Tapi malam ini, suasana agak beda, sebentar sebentar kudengar suara gemeletak di ujung halaman rumah dekat jendela kamarku. Seolah-olah ingin menambah ketakutanku yang sangat…. Aku semakin tidak nyaman dan hanya mampu menatap wajah mungil Fira yang asyik dalam dekapanku…

Waktu rasanya lama sekali berlalu, ketika tiba-tiba suara hentakan keras memukul jendela kamarku yang berwarna putih susu. Sekelebat kilatan putih sebesar tampak menyala di kaca jendela kamar dengan suara gemeletak keras memukul kaca jendela. Jendela itu memang tidak kututup kordennya karena kamarku ada di lantai atas.

Astaghfirullah’aladziim… baru kali ini aku melihat hal seperti ini. Cahaya putih itu kemudian beberapa kali masih muncul dijendela dengan suara gemeletak seolah-olah mencoba masuk….

Cepat-cepat kurapihkan Fira untuk tidur kembali selesainya dia menyusu. Begitu pula diriku yang segera memeluk guling mencoba menghindar dari kilatan putih dan suara pukulan di jendela itu…

Saat pagi hari, kusegera menemui ibu mertua dan adik ipar yang tinggal bersebelahan dengan kami. Mereka kadang bisa melihat makhluk dari dunia lain dan cukup mengerti dengan kondisi seperti itu, hanya mereka tidak habis mengerti… apabila ada orang berniat jahat dan berusaha mengirim jin ke kami, mengapa warnanyaputih? Semestinya mereka bewarna hitam….

Pagi dan siang itu aku lewatkan waktu di kantor dengan berusaha menutupi kegalauan hati akan ‘kiriman’ jin tersebut.

Sore hari sepulang dari kantor, aku kaget, banyak warga berada dalam rumah kami… ada apa gerangan?

Mereka hanya berkata, “hati-hati… jangan mendekat… bahaya…” dengan tampang serius…

Akupun semakin takut, apakah jin tersebut telah berbuat ulah sehingga banyak warga yang terlihat serius dan takut?

Kuberanikan diriku ke belakang rumah untuk melihat seperti apa kiranya bentuk jin tersebut….

Ternyata,………. jin itu berbentuk panjang tinggi sekali seperti tiang listrik…

Percikan apinya melompat-lompat memukul-mukul jendela kamarku……

Ehm… dasar penakut… kirain ada yang kirim jin jahat, taunya tiang listrik korslet … dasar si JIN KORSLET!!!!